|
Bersilaturrahmi atau Minta THR?
Selasa, 07 Agustus 2012 | 04.20 | 0 star
Cerita ini terjadi tiga tahun yang lalu, tepatnya saat aku duduk di kelas 5SD. "Allahu akbar Allahu akbar Allahu Akbar Allahu Akbar La Ilaha Ilallah Huwallahu Akbar .." Alhamdulillah hari kemenangan telah tiba. Aku segera berganti baju untuk pergi Sholat Id bersama keluargaku tercinta. Aku memilih memakai baju lebaran baru yang sangat bagus. Setelah selesai berganti baju, aku segera berangkat menuju ke sebuah lapangan terbuka dekat rumahku. Setelah Sholat Id selesai, aku dan keluargaku segera pulang karena para tetangga akan segera mengunjungi rumahku. Sesampai di rumah, aku segera menyiapkan hidangan-hidangan lebaran seperti kue kering. Tak lama kemudian, tetanggaku datang untuk bersilaturrahmi. Tetanggaku banyak yang beragama Islam, jadi banyak yang bersilaturrahmi ke rumahku. Kira-kira jam sebelas pagi, ada segerombolan anak kecil datang ke rumahku. Otomatis rumahku jadi ramai sekali. Apalagi mereka kebanyakan anak-anak yang mungkin masih TK sampai seumuran denganku, sehingga rumahku jadi sangat sangat sangat gaduh. Ibuku segera membuatkan minuman untuk mereka semua. Kira-kira mereka berjumlah 12 orang. Aku menyuguhkan kue-kue untuk mereka. Tidak disangka, dalam sekejap, sembilan toples kue kering langsung habis tidak tersisa. Padahal aku belum mencicipinya sama sekali. Saat minuman disuguhkan, anak-anak itu langsung meminumnya sampai habis dalam sekejap pula. Aku hanya bisa bengong melihat itu semua. "Ya Allah ..," ujarku. Sedetik kemudian, mereka semua diam. Tidak ada yang berbicara. Biasanya, kalau tetangga datang, mereka mengucapkan kalimat, "Selamat Idul Fitri ya, bu. Mohon maaf lahir dan batin,". Tapi anak-anak ini, hanya makan dan minum kemudian diam. Tiba-tiba, "Mungkin mereka mau minta THR kali, Ma!" ujar kakak laki-lakiku. "Ooh begitu," kata ibuku. Ibuku segera mendekati anak-anak itu sambil membawa dompet. Dan, sudah pasti, anak-anak itu mulai sedikit tersenyum. "Ini tante kasih lima ribu, ya! Jangan sampai hilang, ya!" kata ibuku ramah kepada anak-anak itu sambil memberikan uang kepada mereka masing-masing lima ribu. Setelah ibuku memberikan mereka uang, mereka semua terdiam. Aku tidak habis pikir, apa sih yang mereka inginkan. Tiba-tiba salah satu dari mereka berdiri dan diam sejenak. "Assalamu'alaikum!" kata anak itu kemudian keluar dari rumahku, dan disusul oleh anak yang lain sambil mengucapkan salam berkali-kali. Setelah mereka semua pulang, aku segera membersihkan ruang tamu yang sedikit kotor. Aku agak sebal dengan sikap mereka tadi. Masa ke rumahku cuma mau minta uang sih? Harusnya kan bersilaturrahmi itu salam-salaman, bukan cuma minta uang! "Mama, masa silaturrahmi kayak gitu sih?" tanyaku pada ibu. "Biasalah, mereka kan masih anak-anak, jadi ya kalau ke rumah tetangga mikirnya juga THR," kata ibu. "Tapi kan gak sopan, Ma!Seharusnya kan salaman gitu kek, atau ucapin selamat, atau apa kek! Eh, malah langsung pulang! Kan sebal, Ma!" kataku. "Iya, mereka juga makan semua jajan lebaran! Aku kan belum mencicipi sama sekali!" kata kakak. "Sudah, ikhlaskan saja. Sekarang, kita berangkat ke rumah nenek, yuk! Mereka sudah menunggu kita. Nanti kita beli jajan lebaran lagi yang lebih enak," kata ibu. Kami segera berangkat ke rumah nenek. Tidak jauh, hanya menuju ke jalan raya, kemudian masuk ke sebuah gang, lalu masuk lagi ke sebuah gang, sampai deh! Setelah sampai, kami segera masuk. Ternyata, rumah nenek juga masih ramai. Ada sanak saudara yang ternyata juga berkunjung. Aku dan kakak segera memeluk nenek dan mengucapkan selamat hari lebaran. Kemudian, kami semua duduk di ruang tamu. Tak lama kemudian, kamu disuguhkan bubur ayam dan kue-kue kering. Minumannya adalah jus jeruk. Selesai makan, kami bersalam-salaman, kemudian .. "Ini untuk adik, ya! Kalau untuk kakak, THR nya lebih besar! Jangan boros, ya! Kalau bisa ditabung meskipun hanya seribu!" ujar Nenek sambil memberikan THR kepada aku dan kakak. Kami segera mengucapkan terima kasih. "Wah, aku dapat tiga ratus ribu, lho!" ujar kakakku. "Yah, kok aku cuma dapat dua ratus ribu, sih! Kakak, traktir aku makan bakso, ya!" kataku setengah bercanda. Sekitar pukul dua siang, setelah sholat dhuhur dan makan siang, kami pulang. Setelah sampai di rumah, aku menuju ke kamarku dan menghitung THR yang aku dapatkan hari ini. "Alhamdulillah, hari ini aku dapat dua ratus lima puluh lima ribu! Lebih banyak dari tahun kemarin! Terima kasih ya Allah," ujarku. Tak lama kemudian, ibu datang menghampiriku, "Adik, tentang masalah yang tadi pagi, jangan dipirkan lagi, ya! Mereka kan masih anak-anak, jadi kalau bersilaturrahmi, mereka pasti berfikir mendapat uang. Tapi adik jangan seperti itu, ya! Kalau bersilaturrahmi, kita harus ikhlas karena Allah ta'ala, kalau masalah dapat THR, itu masalah belakang. Kalau dapat alhamdulillah, kalau tidak dapat ya tidak apa-apa," jelas ibu. "Iya, Ma. Adik nggak akan pikirkan itu lagi, kok! InsyaAllah adik sudah ikhlas," kataku. Jadi, kalau kita bersilaturrahmi, niat kita harus karena Allah ta'ala, bukan ingin mendapat THR. Kalau kita dapat THR, berarti itu adalah rezeki kita. Jika tidak dapat, mungkin pada lain kali kita akan mendapat rezeki yang lebih baik. Label: cerpen |